Daerah

6/recent/Daerah

Header Ads Widget

baner

Langkah Progresif dan Sindiran Konstruktif dalam Semangat Fastabiqul Khoirot PCM HR

Oleh: AS Agusta, S.IP, M.A.
Akademisi
Pada abad ke-2 organisasi keislaman seperti Muhammadiyah tidak hanya berbicara pada persoalan Irfani semata, namun jauh dari itu Muhammadiyah memiliki makna yang mendalam sebagai organisasi penggerak nilai-nilai luhur keislaman yang hakiki. Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan mengharapkan para kader dan warganya untuk mampu menjadi contoh bagi yang lain dalam bentuk man of action. Kalau kita lihat lebih jauh, Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi mungkar dan Tajdid, yang bersumber pada Al-Qur'an dan Sunnah. Dalam artian ketika menggerakkan Muhammadiyah berarti menggerakkan nilai-nilai keislaman, untuk menafsirkan gerakan tersebut maka dibutuhkan juga metode burhani sebagai landasan berpikir kreatif dan inovatif, apalagi Muhammadiyah sudah go internasional yang tidak bisa hanya dibaca dalam satu nuansa saja, dengan adanya berbagai metode yang dipergunakan akan menumbuhkan semangat bagi akar rumput untuk ber fastabiqul Khoirot membangun Muhammadiyah.

Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah tajdid tentunya tidak dilahirkan untuk menjadi penonton dalam arus perubahan zaman. Ia menjadi lokomotif sosial keagamaan hal ini bisa kita lihat dari sejarah kelahiran Muhammadiyah sampai memasuki abad ke-2 saat ini sungguh banyak yang telah dibangun para warga Muhammadiyah untuk dakwah Islam.

Semangat dan spirit ini tentunya membuat warga Muhammadiyah khususnya di Hamparan Rawang Kota Sungai Penuh untuk bangkit kembali dalam membangun dakwah Muhammadiyah yang memiliki kekhasan sendiri. 

Nafas gerakan yang akan dibangun yakni mengacu pada ijtihad sosial khususnya memanfaatkan media informasi dan komunikasi menjadi wadah dakwah Muhammadiyah. Selain itu di era digital dan turbulensi informasi, inovasi adalah ibadah baru. Maka, PCM HR berusaha menerobos rutinitas administrasi yang membosankan dan melesat menuju gerakan kreatif yang berdampak luas. 

Menjadi pimpinan cabang bukan hanya rapat dan laporan, tetapi tentang visi dan keberanian menyulut api perubahan. Perubahan itu bukan hanya milik start-up anak muda atau lembaga asing bermodal keuangan besar. Perubahan dalam kreativitas adalah bagian jihad intelektual. Maka tak perlu menunggu kongres atau musyawarah nasional untuk mulai membangun Rumah Singgah berbasis komunitas, Sekolah Literasi untuk warga, atau sistem informasi zakat terintegrasi di level cabang.


Untuk para anggota yang kerap hadir hanya sebagai penggembira jangan marah dulu ingatlah bahwa menjadi kader Muhammadiyah bukan sekadar pakai jas, hadiri tabligh akbar, lalu posting di media sosial. Di mana kontribusi nyata? Mari berhenti menjadi “penonton tetap” yang hanya bisa mengkritik tanpa karya, apalagi yang hanya sibuk mengoleksi foto kegiatan untuk feed Instagram tanpa jejak sosial yang berarti.

Sudah waktunya PCM Hamparan Rawang Kota Sungai Penuh menjadi “Pabrik Ide”, bukan “Gudang Arsip Program Lama”. Jika sebelumnya PCM hanya aktif saat ada agenda rutin atau ketika disapa oleh PDM, kini saatnya PCM menjadi pusat inovasi, yang mengembalikan Marwah center dakwah Muhammadiyah di Kota Sungai Penuh, di Hamparan Rawang tempat ide-ide bersemi dan mengakar dalam kehidupan masyarakat secara majemuk. PCM HR harus mampu merespons isu kontemporer dengan pendekatan informasi melahirkan e-literasi keummatan, pusat data dakwah berbasis komunitas, atau bahkan podcast dakwah anak muda yang relevan.

Sebagai penutup, izinkan saya mengutip

"Jika para pengurus sibuk rapat tapi tak sibuk berpikir, maka yang terjadi adalah banyak program tanpa perubahan."

Mari bangkit! Spirit Muhammadiyah bukan untuk yang malas berpikir. PCM Hamparan Rawang adalah garda depan pembaruan, bukan pos ronda yang menunggu giliran piket!